|
BAB I PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari
sejak jaman purbakala
manusia selalu berusaha
mencari hakekat kebenaran
mengenai hal-hal yang
bersifat hakiki, seperti
masalah Tuhan, kematian,
hidup sesudah mati,
cinta dan lain-lain. Manusia
berusaha mengerti dan
menaklukan alam semesta
yang penuh dengan misteri. Sampai jaman yang
diwarnai dengan kecanggihan
teknologi saat ini, perasaan
untuk mengerti dan
memahami rahasia-rahasia alam
semesta termasuk rahasia
mengenai dirirnya sendiri.
Pada masa jaman
pertengahan, manusia belum
menunjukkan minat terhadap
studi sistematis mengenai
dunia fisik, kondisi
tersebut banyak dipengaruhi
oleh pendapat filsafat
Yunani yang lebih mengutamakan “Yang umum” daripada
“Yang khusus”. Pengetahuan
yang umum mengacu pada
hakekat dan esensi
hal-hal yang konkrit,
sedang yang khusus
membedakan benda satu
dengan yang lain.
Dalam mitologi Yunani dikenal adanya istilah dewa Zeus yang selalu dihubungkan dengan persoalan cuaca, hujan dan kilat, dewa Poseidon ynag menguasai lautan dan gempa bumi. Manakala terjadi bencana alam seperti gempa bumi, banjir dan lain-lainnya; manusia selalu menghubung-hubungkan dengan hal-hal yang bersifat supernatural. Dalam perkembangan pemikirannnya akhirnya manusia setelah mengalami berbagai proses berhasil menggunakan daya nalarnya (ratio) dalam memecahkan persoalannya. Seperti yang terjadi pada Abad Pertengahan dengan penemuan-penemuan ilmiah oleh Copernicus dan Edison. Sebagaimana pendapat seorang filosof Rene Descartes yang mengatakan “COGITO ERGO SUM” (Aku ada karena berpikir) maka manusia mulai menggunakan pikirannya yang luar biasa ajaibnya.
Sekalipun demikian perlu dibedakan antara penggunaan akal sehat (common sense) dengan ilmu pengetahuan. Letak perbedaan yang mendasar antara keduanya ialah berkisar pada kata “sistematik” dan “terkendali”. Ada lima hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. Yang pertama, ilmu pengetahuan dikembangkan melalui struktur-stuktur teori, dan diuji konsistensi internalnya. Dalam mengembangkan strukturnya, hal itu dilakukan dengan tes ataupun pengujian secara empiris. Sedang penggunaan akal sehat biasanya tidak. Yang kedua, dalam ilmu pengetahuan, teori dan hipotesa selalu diuji secara empiris. Halnya dengan orang yang bukan ilmuwan dengan cara “selektif”. Yang ketiga, adanya pengertian kendali (kontrol) yang dalam penelitian ilmiah dapat mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Yang keempat, ilmu pengetahuan menekankan adanya hubungan antara fenomena secara sadar dan sistematis. Pola penghubungnya tidak dilakukan secara asal-asalan. Yang kelima, perbedaan terletak pada cara memberi penjelasan yang berlainan dalam mengamati suatu fenomena. Dalam menerangkan hubungan antar fenomena, ilmuwan melakukan dengan hati-hati dan menghindari penafsiran yang bersifat metafisis. Proposisi yang dihasilkan selalu terbuka untuk pengamatan dan pengujian secara ilmiah.
Pada
mulanya manusia menganggap
alam suatu yang
sakral, sehingga antara
subyek dan obyek
tidak ada batasan.
Dalam perkembangannya sebagaimana
telah disinggung diatas
terjadi pergeseran konsep
hukum (alam). Hukum
didefinisikan sebagai kaitan-kaitan yang tetap dan
harus ada diantara
gejala-gejala.
Kaitan-kaitan yang teratur
didalam alam sejak
dulu diinterpretasikan ke
dalam hukum-hukum normative.
Disini pengertian tersebut
dikaitkan dengan Tuhan
atau para dewa
sebagai pencipta hukum
yang harus ditaati.
Menuju abad ke-16
manusia mulai meninggalkan pengertian hukum normative
tersebut. Sebagai gantinya
muncullah pengertian hukum
sesuai dengan hukum
alam. Pengertian tersebut
berimplikasi bahwa terdapat
tatanan di alam
dan tatanan tersebut
dapat disimpulkan melalui
penelitian empiris. Para
ilmuwan saat itu
berpendapat bahwa Tuhan
sebagai pencipta hukum
alam secara berangsur-angsur memperoleh sifat abstrak
dan impersonal. Alam
telah kehilangan kesakralannya sebagai ganti muncullah
gambaran dunia yang
sesuai dengan ilmu
pengetahuan alam bagi
manusia modern dengan
kemampuan ilmiah manusia
mulai membuka rahasia-rahasia alam.
1.3. Berbagai
Cara Mencari Kebenaran
Dalam sejarah
manusia, usaha-usaha untuk
mencari kebenaran telah
dilakukan dengan berbagai
cara seperti :
1.3.1 Secara
kebetulan
Ada cerita yang
kebenarannya sukar dilacak
mengenai kasus penemuan
obat malaria yang
terjadi secara kebetulan.
Ketika seorang Indian
yang sakit dan
minum air dikolam
dan akhirnya mendapatkan
kesembuhan. Dan itu
terjadi berulang kali
pada beberapa orang.
Akhirnya diketahui bahwa
disekitar kolam tersebut
tumbuh sejenis pohon
yang kulitnya bias
dijadikan sebagai obat
malaria yang kemudian
berjatuhan di kolam
tersebut. Penemuan pohon
yang kelak dikemudian
hari dikenal sebagai
pohon kina tersebut
adalah terjadi secara
kebetulan saja.
1.3.2. Trial And
Error
Cara lain untuk
mendapatkan kebenaran ialah
dengan menggunkan metode
“trial and error”
yang artinya coba-coba.
Metode ini bersifat
untung-untungan. Salah satu
contoh ialah model
percobaan “problem box”
oleh Thorndike. Percobaan
tersebut adalah seperti
berikut: seekor kucing
yang kelaparan dimasukkan
kedalam “problem box”—suatu
ruangan yang hanya
dapat dibuka apabila
kucing berhasil menarik
ujung tali dengan membuka
pintu. Karena rasa
lapar dan melihat
makanan di luar
maka kucing berusaha
keluar dari kotak
tersebut dengan berbagai
cara. Akhirnya dengan
tidak sengaja si
kucing berhasil menyentuh
simpul tali yang
membuat pintu jadi
terbuka dan dia
berhasil keluar. Percobaan
tersebut mendasarkan pada
hal yang belum
pasti yaitu kemampuan
kucing tersebut untuk
membuka pintu kotak
masalah.
1.3.3 Melalui
Otoritas
Kebenaran
bisa didapat melalui
otoritas seseorang yang
memegang kekuasaan, seperti
seorang raja atau
pejabat pemerintah yang
setiap keputusan dan
kebijaksanaannya dianggap benar
oleh bawahannya. Dalam
filsafat Jawa dikenal
dengan istilah ‘Sabda
pendita ratu” artinya ucapan
raja atau pendeta
selalu benar dan
tidak boleh dibantah lagi.
1.3.4. Pemecahan
Masalah Dengan Cara
Spekulasi
Pemecahan masalah dengan
metode “trial and
error” yang menekankan
pada unsur untung-untungan dan tidak pasti
dan akurat.
1.3.5. Berpikir
Kritis/Berdasarkan Pengalaman
Metode
lain ialah berpikir
kritis dan berdasarkan
pengalaman. Contoh dari
metode ini ialah
berpikir secara deduktif
dan induktif. Secara
deduktif artinya berpikir
dari yang umum
ke khusus; sedang
induktif dari yang
khusus ke yang
umum. Metode deduktif
sudah dipakai selama
ratusan tahun semenjak
jamannya Aristoteles.
1.3.6. Melalui
Penyelidikan Ilmiah
Menurut Francis Bacon
Kebenaran baru bisa
didapat dengan menggunakan
penyelidikan ilmiah, berpikir
kritis dan induktif.
Catatan :
Selanjutnya
Bacon merumuskan ilmu
adalah kekuasaan. Dalam
rangka melaksanakan kekuasaan,
manusia selanjutnya terlebih
dahulu harus memperoleh
pengetahuan mengenai alam
dengan cara menghubungkan metoda yang khas,
sebab pengamatan dengan
indera saja, akan
menghasilkan hal yang
tidak dapat dipercaya.
Pengamatan menurut Bacon,
dicampuri dengan gambaran-gambaran palsu (idola): Gambaran-gambaran palsu (idola) harus
dihilangkan, dan dengan
cara mengumpulkan fakta-fakta
secara telilti, maka
didapat pengetahuan tentang
alam yang dapat
dipercaya. Sekalipun demikian
pengamatan harus dilakukan
secara sistematis, artinya
dilakukan dalam keadaan
yang dapat dikendalikan dan diuji secara
eksperimantal sehingga tersusunlah
dalil-dalil umum.
Metode
berpikir indukatif yang
dicetuskan oleh F. Bacon
selanjutnya dilengkapi dengan
pengertian adanya pentingnya
asumsi teoritis dalam
melakukan pengamatan serta
dengan menggabungkan peranan
matematika semakin memacu
tumbuhnya ilmu pengetahuan
modern yang menghasilkan penemuan-penemuan
baru, seperti pada
tahun 1609 Galileo
menemukan hukum-hukum tentang
planet, tahun 1618
Snelius menemukan pemecahan
cahaya dan penemuan-penemuan penting lainnya oleh
Boyle dengan hukum
gasnya, Hygens dengan
teori gelombang cahaya,
Harvey dengan penemuan
peredaran darah, Leuwenhock
menemukan spermatozoide, dan
lain-lain.
1.3.7. Metode
Problem Solving
Metode problem-solving
yang dikembangkan oleh
Karl. R. Popper pada tahun
1937 merupakan variasi
dari metode “trial
and error”. Metode
ini menunjukkan skema
sebagai berikut :
P1-TS-EE-P2,P1
ialah problem awal,
TS solusi tentative – teori yang dicoba ajukan,
EE adalah “error
dimination” - evaluasi dengan
tujuan menemukan dan
membuang kesalahan, dan
P2 adalah situasi
baru yang diakibatkan
oleh adanya evaluasi
kritis atas solusi
tentative terhadap problem
awal sehingga timbul
problem baru.
1.4. Dasar-Dasar Pengetahuan
Dalam
bagian ini akan
dibicarakan dasar-dasar pengetahuan
yang menjadi ujung
tombak berpikir ilmiah.
Dasar-dasar pengetahuan itu
ialah sebagai berikut :
1.4.1. Penalaran
Yang
dimaksud dengan penalaran
ialah Kegiatan berpikir
menurut pola tertentu,
menurut logika tertentu
dengan tujuan untuk menghasilkan penegtahuan.
Berpikir logis mempunyai
konotasi jamak, bersifat
anaslistis. Aliran yang
menggunakan penalaran sebagai
sumber kebenaran ini
disebut aliran rasionalisme dan yang menganggap
fakta dapat tertangkap
melalui pengalaman sebagai
kebenaran disebut aliran
empirisme.
1.4.2. Logika
(Cara Penarikan Kesimpulan)
Ciri kedua ialah
logika atau cara
penarikan kesimpulan. Yang
dimaksud dengan logika
sebagaimana didefinisikan oleh
William S.S ialah “pengkajian
untuk berpikir secara
sahih (valid).
Dalam
logika ada dua
macam yaitu logika
induktif dan deduktif.
Contoh menggunakan logika
ini ialah model
berpikir dengan silogisma,
seperti contoh dibawah
ini :
Silogisma
Premis mayor : semua
manusia akhirnya mati
Premis minor
: Amir manusia
Kesimpulan : Amir
akhirnya akan mati
1.5. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan
dalam dunia ini
berawal dari sikap
manusia yang meragukan
setiap gejala yang
ada di alam semesta ini.
Manusia tidak mau
menerima saja hal-hal
yang ada termasuk
nasib dirinya sendiri.
Rene Descarte pernah
berkata
“DE OMNIBUS
DUBITANDUM” yang mempunyai
arti bahwa segala
sesuatu harus diragukan.
Persoalan mengenai criteria
untuk menetapkan kebenaran
itu sulit dipercaya.
Dari berbagai aliran
maka muncullah pula
berbagai kriteria kebenaran.
1.6. Kriteria Kebenaran
Salah
satu criteria kebenaran
adalah adanya konsistensi
dengan pernyataan terdahulu
yang dianggap benar.
Sebagai contoh ialah
kasus penjumlahan angka-angka
tersebut dibawah ini
3
3
+
5 : 8
4
4
+
4 : 8
6 +
2 : 8
Semua
orang akan menganggap
benar bahwa 3
+ 5 = 8, maka
pernyataan berikutnya bahwa
4 + 4 = 8
juga benar, karena
konsisten dengan pernyataan
sebelumnya.
Beberapa kriteria
kebenaran diantaranya ialah
1.6.1. Teori Koherensi
Yang dimaksud
dengan teori koherensi
ialah bahwa suatu
pernyataan dianggap benar
bila pernyataan itu
bersifat koheren dan
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
Contohnya ialah matematika
yang bentuk penyusunannya, pembuktiannya
berdasarkan teori koheren.
1.6.2.Teori Korespondensi
Teori korespondensi dipelopori oleh Bertrand
Russel. Dalam teori
ini suatu pernyataan
dianggap benar apabila
materi pengetahuan yang
dikandung berkorespondensi dengan
objek yang dituju
oleh pernyataan tersebut.
Contohnya ialah apabila
ada seorang yang
mengatakan bahwa ibukota
Inggris adalah London,
maka pernyataan itu
benar. Sedang apabila
dia mengatakan bahwa
ibukota Inggris adalah
Jakarta, maka pernyataan
itu salah; karena
secara kenyataan ibukota
Inggris adalah London
bukan Jakarta.
1.6.3. Teori Pragmatis
Tokoh
utama dalam teori
ini ialah Charles
S Pierce. Teori
pragmatis mengatakan bahwa
kebenaran suatu pernyataan
diukur dengan criteria
apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Kriteria kebenaran didasarkan
atas kegunaan teori
tersebut. Disamping itu
aliran ini percaya
bahwa suatu teori
tidak akan abadi,
dalam jangka waktu
tertentu itu dapat
diubah dengan mengadakan
revisi.
Ontologi ialah hakikat apa
yang dikaji atau
ilmunya itu sendiri.
Seorang filosof yang
bernama Democritus menerangkan
prinsip-prinsip
materialisme mengatakan sebagai
berikut :
Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.
Jadi istilah “manis, panas
dan dingin” itu
hanyalah merupakan terminology
yang kita berikan
kepada gejala yang
ditangkap dengan pancaindera.
Ilmu merupakan
pengetahuan yang mencoba
menafsirkan alam semesta
ini seperti adanya,
oleh karena itu
manusia dalam menggali
ilmu tidak dapat
terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya.
Dan sifat ilmu pengetahuan
yang berfungsi membantu
manusia dalam mememecahkan masalah tidak perlu
memiliki kemutlakan seperti
agama yang memberikan
pedoman terhadap hal-hal
yang paling hakiki
dari kehidupan ini.
Sekalipun demikian sampai
tahap tertentu ilmu
perlu memiliki keabsahan
dalam melakukan
generalisasi. Sebagai contoh,
bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai
penegertianpun akan muncul pula.
Contoh : Siapakah manusia
iu ? jawab ilmu ekonomi ialah
makhluk ekonomi
Sedang ilmu politik
akan menjawab bahwa
manusia ialah political
animal dan dunia
pendidikan akan mengatakan
manusia ialah homo
educandum.
1.8 Epistimologi
Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan
pengetahuan yang benar.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mendapatkan
pengetahuan ialah :
1. Batasan
kajian ilmu :
secara ontologis ilmu
membatasi pada
Pengkajian objek yang
berada dalam lingkup
manusia.
tidak dapat mengkaji
daerah yang bersifat
transcendental.
2. Cara
menyusun pengetahuan : untuk
mendapatkan pengetahuan
menjadi ilmu
diperlukan cara untuk
menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode
ilmiah.
3. Diperlukan
landasan yang sesuai
dengan ontologis dan aksiologis
ilmu itu sendiri
4. Penjelasan
diarahkan pada deskripsi
mengenai hubungan berbagai
faktor yang terikat
dalam suatu konstelasi
penyebab
timbulnya suatu gejala dan
proses terjadinya.
5. Metode
ilmiah harus bersifat
sistematik dan eksplisit
6. Metode
ilmiah tidak dapat
diterapkan kepada pengetahuan
yang tidak tergolong
pada kelompok ilmu
tersebut.
7. Ilmu
mencoba mencari penjelasan
mengenai alam dan
menjadikan kesimpulan yang
bersifat umum dan
impersonal.
8. Karakteristik
yang menonjol kerangka
pemikiran teoritis :
a. Ilmu
eksakta : deduktif, rasio,
kuantitatif
b. Ilmu
social :
induktif, empiris, kualitatif
1.9. Beberapa
Pengertian Dasar
Konsep :
Konsep adalah istilah
dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak,
contohnya seperti kejadian,
keadaan, kelompok. Diharapkan
peneliti mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep
secara jelas dalam
kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang
berkaitan satu dengan
yang lainnya.
Dalam dunia penelitian
dikenal dua pengertian
mengenai konsep, yaitu
Pertama konsep yang
jelas hubungannya dengan
realita yang diwakili,
contoh : meja, mobil dll nya Kedua konsep yang
abstrak hubungannya dengan
realitas yang diwakili,
contoh : kecerdasan, kekerabatan, dll nya.
Konstruk :
Konstruk (construct) adalah
suatu konsep yang
diciptakan dan digunakan
dengan kesengajaan dan
kesadaran untuk tujuan-tujuan ilmiah tertentu.
Proposisi :
Proposisi adalah hubungan yang
logis antara dua
konsep. Contoh : dalam
penilitian mengenai mobilitas
penduduk, proposisinya bebrbunyi :
“ proses migrasi tenaga
kerja ditentukan oleh
upah “ (Harris dan
Todaro).
Dalam penelitian
sosial dikenal ada
dua jenis proposisi;
yang pertama aksioma
atau postulat, yang
kedua teorem. Aksioma
ialah proposisi yang
kebenarannya sudah tidak
lagi dalam penelitian;
sedang teorem ialah
proposisi yag dideduksikan dari aksioma.
Teori :
Salah satu definisi
mengenai teori ialah
serangkaian asumsi, konsep,
konstruk, definisi dan
proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena secara
sisitematis dengan cara
merumuskan hubungan antar
konsep (Kerlinger, FN)
Definisi lain mengatakan
bahwa teori merupakan
pengetahuan ilmiah yang
mencakup penjelasan mengenai
suatu faktur tertentu
dari satu disiplin
ilmu.
Teori mempunyai beberapa
karakteristik sebagai berikut;
a. harus
konsisten dengan teori-teori
sebelumnya yang
memungkinkan tidak terjadinya kontraksi
dalam teori keilmuan
secara
keseluruhan.
b. harus
cocok dengan fakta-fakta
empiris, sebab teori
yang
bagaimanapun konsistennya apabila tidak didukung
oleh pengujian empiris
tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah.
c. Ada empat cara teori
dibangun menurut Melvin Marx : 1)Model Based Theory, 2) Teori deduktif, 3)Teori
induktif dan 4) Teori fungsional
Berdasarkan teori pertama
teori berkembang adanya jaringan konseptual yang kemudian diuji secara empiris.
Validitas substansi terletak pada tahap-tahap awal dalam pengujian model, yaitu
apakah model bekerja sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Teori kedua mengatakan
suatu teori dikembangkan melalui proses deduksi. Deduksi merupakan bentuk
inferensi yang menurunkan sebuah kesimpulan yang didapatkan melalui penggunaan
logika pikiran dengan disertai premis-premsi sebagai bukti. Teori deduktif
merupakan suatu teori yang menekankan pada struktur konseptual dan validitas
substansialnya. Teori ini juga berfokus pada pembangunan konsep sebelum
pengujian empiris.
Teori ketiga menekankan
pada pendekatan empiris untuk mendapatkan generalisasi. Penarikan kesimpulan
didasarkan pada observasi realitas yang berulang-ulang dan mengembangkan
pernyataan-pernyataan yang berfungsi untuk menerangkan serta menjelaskan
keberadaan pernyataan-pernyataan tersebut.
Teori keempat mengatakan
suatu teori dikembangkan melalui interaksi yang berkelanjutan antara proses
konseptualisasi dan pengujian empiris yang mengikutinya. Perbedaan utama dengan
teori deduktif terletak pada proses terjadinya konseptualisasi pada awal
pengembangan teori. Pada teori deduktif rancangan hubungan konspetualnya
diformulasikan dan pengujian dilakukan pada tahap akhir pengembangan teori.
Logika
Ilmiah :
Gabungan antara logika
deduktif dan induktif
dimana rasionalisme dan
empirisme bersama-sama dalam
suatu system dengan
mekanisme korektif.
Hipotesa :
Hipotesa
adalah jawaban sementara
terhadap permasalahan yang
sedang diteliti. Hipotesa
merupakan saran peneltian
ilmiah karena hipoteasa
adalah instrumen kerja
dari suatu teori
dan bersifat spesifik
yang siap diuji
secara empiris. Dalam
merumuskan hipotesa pernyataannya harus merupakan pencerminan
adanya hubungan antara
dua variabel atau
lebih.
Hipotesa yang bersifat
relasional ataupun deskriptif
disebut hipotesa kerja
(Hk), sedang untuk
pengujian statistik dibutuhkan
hipotesa pembanding hipotesa
kerja dan biasanya
merupakan formulasi terbalik
dari hipotesa kerja.
Hipotesa semacam itu
disebut hipotesa nol
(H0).
Variabel :
Variabel ialah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang
sedang dipelajari. Contoh :
jenis kelamin, kelas
sosial, mobilitas pekerjaan dll nya.
Ada lima tipe variable
yang dikenal dalam penelitian, yaitu: variable bebas (independent), variable
tergantung (dependent), variable perantara (moderate), variable pengganggu
(intervening) dan variable kontrol (control)
Jika dipandang dari sisi skala pengukurannya maka ada empat macam
variabel: nominal, ordinal,
interval dan ratio.
Definisi
Operasional :
Yang dimaksud dengan
definisi operasional ialah
spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur atau
memanipulasi suatu variabel.
Definisi operasional memberi
batasan atau arti
suatu variabel dengan
merinci hal yang
harus dikerjakan oleh
peneliti untuk mengukur
variabel tersebut.
1.20.
Kerangka Ilmiah
1. Perumusan
masalah : pertanyaan
tentang obyek empiris
yang
jelas batas-batasnya serta
dapat diidentifikasikan faktor-
faktor
yang terkait didalamnya.
2. Penyusunan
kerangka dalam pengajuan
hipotesis :
-
-
Menjelaskan hubungan anatara factor
yang terkait
-
-
Disusun
secara rasional
-
-
Didasarkan pada premis-premis ilmiah
-
-
Memperhatikan faktor-faktor
empiris yang cocok
3. Pengujian
hipotesis :
-
-
mencari
fakta-fakta yang mendukung
hipotesis
4. Penarikan
kesimpulan
1.21.
Sarana Berpikir Ilmiah
bahasa
Yang dimaksud bahasa
disini ialah bahasa ilmiah
yang merupakan sarana
komunikasi ilmiah yang
ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan, syarat-syarat :
-
-
bebas
dari unsur emotif
-
-
reproduktif
-
-
obyektif
-
-
eksplisit
matematika
Matematika adalah pengetahuan
sebagai sarana berpikir
deduktif sifat :
-
-
jelas,
spesifik dan informatif
-
-
tidak
menimbulkan konotasi emosional
-
-
kuantitatif
statiska
Statiska ialah pengetahuan
sebagai sarana berpikir
induktif sifat :
-
-
dapat
digunakan untuk menguji
tingkat ketelitian
-
-
untuk
menentukan hubungan kausalitas
antar factor terkait
1.22. Aksiologi
Aksiologi
ialah menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu.
Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu
harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan
moral suatu masyarakat;
sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.
Contoh kasus
: penelitian di Taiwan
Dampak kemajuan teknologi moderen
telah diteliti dengan
model penelitian yang
terintegrasi, khususnya terhadap
masyarakat dan budaya.
Hasil kemajuan teknologi
di Taiwan telah
membawa negara itu
mengalami “keajaiban ekonomi”,
sekalipun demikian hasilnya
tidak selalu positif.
Kemajuan tersebut membawa
banyak perubahan kebiasaan,
tradisi dan budaya
di Taiwan. Berdasarkan
penelitian tersebut terdapat
lima hal yang
telah berubah selama
periode perkembangan teknologi
di negara tersebut
yaitu :
1. Perubahan-perubahan dalam
struktur industri berupa :
meningkatnya sektor jasa
dan peranan teknologi
canggih pada
bidang manufaktur.
2. Perubahan-perubahan
dalam sruktur pasar
berupa : pasar
menjadi
semakin terbatas, sedang
pengelolaan bisnis menjadi
semakin beragam.
3. Perubahan-perubahan dalam
struktur kepegawaian berupa :
tenaga professional yang
telah terlatih dalam
bidang teknik
menjadi semakin meningkat.
4. Perubahan-perubahan struktur
masyarakat berupa :
Meningkatnya
jumlah penduduk usia
tua dan konsep
“keluarga besar” dalam
proses diganti dengan
konsep “keluarga kecil”.
5. Perubahan-perubahan dalam
nilai-nilai sosial berupa :
penghargaan
yang lebih tinggi
terhadap keuntungan secara
ekonomis daripada masalah-masalah keadilan,
meningkatnya kecenderungan masyarakat
untuk bersikap individualistik.
Other Sponsors electrical connectors, Mangosteen Juice, real estate short sale, Jupiter FL real estate, |
Furniture Markdown Great Deals on furniture - Free Shipping! |
Y-Net Wireless Internet Denver area high speed wireless privider. |
|
Dog House Technologies Doghouse Techonologies is located in Tampa Bay FL and offer professional web design, ecommerce development and custom application design for the internet. |